Pada pembahasan sebelumnya, Anda telah mempelajari mutasi yang
terjadi akibat perubahan satu atau beberapa basa nitrogen. Pada kenyataannya,
banyak mutasi yang melibatkan ratusan hingga ribuan basa nitrogen. Mutasi jenis
ini merupakan hasil pergerakan kromosom. Mutasi ini disebut mutasi kromosom.
Mutasi kromosom merupakan mutasi besar. Secara garis besar, mutasi kromosom
dapat dibedakan atas mutasi akibat perubahan struktur dan jumlah set kromosom.
a. Perubahan
Struktur Kromosom
Mutasi kromosom akibat perubahan struktur kromosom
melibatkan perubahan banyak gen dalam kromosom. Perubahan ini dapat memicu
kelainan pada individu. Perubahan struktur kromosom ini dapat terjadi melalui
delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi.
1)
Delesi dan Duplikasi
Delesi terjadi jika suatu bagian atau segmen dari
kromosom hilang. Jika bagian segmen yang hilang tersebut pindah ke kromosom
homolognya, disebut duplikasi.
Peristiwa
delesi dan duplikasi ini dapat menyebabkan perubahan gen hingga menimbulkan
kelainan genetis. Hubungan kelainan genetis dan peristiwa delesi kali pertama
ditemukan oleh Jerome Lejeune pada 1963. Ia menemukan bahwa sindrom cri du chat
pada manusia disebabkan oleh hilangnya sebagian kromosom nomor 5.
2)
Inversi
Kromosom terkadang dapat terputus dalam dua tempat dan
patahan tersebut dapat tergabung kembali dalam urutan yang terbalik. Perubahan
kromosom ini disebut inversi kromosom.
Berdasarkan letak terjadinya, inversi dapat dibedakan
menjadi inversi parasentris dan inversi perisentris. Inversi parasentris
terjadi pada satu lengan kromosom. Adapun inversi perisentris terjadi pada dua
lengan kromosom. Perhatikan Gambar 5.4 berikut.
Insversi
pada manusia umumnya tidak berbahaya apabila dibanding- kan delesi atau
duplikasi, karena pada inversi jumlah gen dalam kromosom tetap dan kondisinya
sama.
3)
Translokasi
Translokasi terjadi ketika semua atau bagian dari satu
kromosom menempel pada kromosom yang bukan homolognya. Translokasi ini
membentuk kromosom baru. Jika kromosom terjadi pada saat meiosis, beberapa
gamet akan kekurangan gen. Perhatikan gambar berikut.
Seperti halnya inversi, translokasi dapat berbahaya
atau tidak berbahaya. Penderita sindrom Down memiliki kromosom nomor 21 hanya
satu pertiga bagian kromosom aslinya. Bagian lain menempel pada kromosom lain
yang bukan homolognya. Beberapa jenis kanker dan kemandulan juga dapat
disebabkan oleh translokasi kromosom.
b. Perubahan Jumlah Kromosom
Secara
normal, jumlah set kromosom setiap makhluk hidup selalu tetap. Semua sel tubuh
manusia memiliki 46 buah kromosom, jagung memiliki 20 buah, dan kelinci
memiliki 44 buah. Kromosom-kromosom tersebut berpasangan dengan kromosom
homolognya.
Jumlah
set kromosom homolog ini disebut ploidi. Pada sel tubuh manusia (sel somatis),
jumlah kromosomnya diploid (2n), sedangkan pada sel-sel gamet jumlah
kromosomnya haploid (n). Melalui fertilisasi, sel-sel gamet akan melebur
membentuk zigot dengan jumlah kromosom diploid (2n).
Perubahan
kromosom yang dapat menyebabkan mutasi dapat terjadi melalui dua cara, yakni
perubahan jumlah set kromosom dan perubahan jumlah kromosom. Perubahan jumlah
set kromosom yang mempunyai tiga, empat, atau lebih jumlah perangkat kromosom
haploid yang menjadi ciri khas spesiesnya, disebut poliploidi. Adapun perubahan
jumlah kromosom dalam satu set, disebut aneuploidi.
1) Poliploidi
Poliploidi
adalah keadaan sel yang memiliki jumlah kromosom lebih dari dua set. Saat
pembentukan gamet, terkadang nukleus sel tidak melanjutkan pembelahan meiosis
II. Jika hal ini terjadi, gamet yang terbentuk bukan gamet haploid, melainkan
gamet diploid (2n). Gamet- gamet diploid ini akan melakukan fertilisasi dengan
gamet haploid (n) pasangannya dan menghasilkan zigot triploid (3n). Peristiwa
ini juga dapat menghasilkan zigot atau individu poliploidi lainnya dengan
kromosom tetraploid (4n), pentaploid (5n, lima set kromosom), dan seterusnya.
Berdasarkan prosesnya, poliploidi dapat dibedakan atas autopoliploidi dan
allopoliploidi. Autopoliploidi adalah proses pembentukan poliploidi dengan
kromosom yang berasal dari spesies yang sama. Adapun allopoliploidi adalah
kromosom yang terbentuk berasal dari
spesies yang berbeda, hasil perkawinan antarspesies.
Poliploidi
bersifat letal pada manusia dan hewan. Akan tetapi, pada tumbuhan hal tersebut
merupakan hal yang umum. Bahkan, beberapa tumbuhan poliploidi lebih besar dan
sehat dibandingkan tumbuhan diploidnya. Tanaman gandum dan kentang yang
dikembangkan dalam pertanian merupakan tanaman poliploidi.
2) Aneuploidi
Aneuploidi
adalah keadaan sel yang tidak euploidi, terjadi perubahan jumlah satu set
kromosom. Adapun euploidi adalah keadaan ploidi yang normal. Contohnya, sel
manusia memiliki 46 buah kromosom. Perubahan tersebut meliputi pengurangan
kromosom atau penambahan. Aneuploidi disebut juga aneusomi. Terbentuknya
Aneuploidi terjadi karena adanya peristiwa gagal berpisah (nondisjunction) pada
kromosom saat pembentukan spermatogenesis atau oogenesis. Gagal berpisah dapat
terjadi pada meiosis I atau II. Secara normal, pada meiosis I pasangan kromosom
homolog memisah menghasilkan dua sel haploid.
Selanjutnya, pada meiosis II
pasangan kromatid memisah pada sel baru. Pada peristiwa gagal berpisah,
terdapat pasangan kromosom homolog dan pasangan kromatid yang melekat satu sama
lain, tidak berpisah. Akibatnya, terdapat gamet abnormal dengan kromosom
berlebih dan kurang. Jika terjadi fertilisasi antara gamet abnormal dengan
gamet lain, zigot yang dihasilkan juga akan abnormal. Hal ini tentunya akan
membentuk pengaruh pada individu yang dibentuknya. Jika sel memiliki tambahan
satu kromosom disebut trisomi, sedangkan jika kekurangan satu kromosom disebut
monosomi. Agar lebih jelas, perhatikan Gambar 5.6 dan Tabel 5.1 berikut.
Berdasarkan
tabel tersebut, pada manusia dengan jumlah kromosom diploid (2n) 46 buah
kromosom (44A + XX atau 44A + XY), jika terjadi mutasi menghasilkan aneuploid
trisomi, kromosom individu tersebut akan bertambah satu menjadi 47 kromosom (2n
+ 1). Pada manusia, mutasi akibat aneuploid ini dapat menyebabkan kelainan atau
penyakit. Meskipun hal ini membahayakan individu penderita, kelainan tersebut
jarang dapat diturunkan, karena umumnya penderita menjadi mandul dan tidak
dapat menghasilkan keturunan. Terdapat beberapa kelainan dan penyakit yang disebabkan
oleh mutasi kromosom aneuploid, di antaranya sindrom Down, sindrom Edwards,
sindrom Patau, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner.
a) Sindrom Down
Sindron Down
disebabkan oleh gagal berpisah kromosom nomor 21 sehingga individu penderita
memiliki kromosom tambahan pada kromosom nomor 21. Perhatikan Gambar 5.7
berikut.
Terlihat pada
gambar bahwa penderita sindrom ini memiliki tiga kromosom nomor 21. Hal ini
disebut juga trisomi 21. Pengaruhnya menyebabkan pertumbuhan mental penderita
terhambat, berkurangnya ketahanan tubuh terhadap infeksi, dan tingkat
kelangsungan hidup yang rendah. Tingkat pertumbuhan mental pada sindrom Down
bervariasi pada setiap penderita. Kasus trisomi 21 dapat terjadi pada sekitar
15 individu setiap 10.000 kelahiran. Pada ibu di atas 35 tahun, kemungkinan
terjadinya sindrom Down pada anak yang dilahirkannya lebih tinggi dibandingkan
pada ibu dengan umur 20-30 tahun (Levine & Miller, 1991: 223). Ibu dengan
umur 20-30 tahun memiliki kemungkinan 1 dari 1.000 kelahiran untuk mendapatkan
anak dengan sindrom Down. Pada ibu di atas 40 tahun, kemungkinan hanya 1 dari
100 kelahiran. Jadi, pada usia berapakah sebaiknya wanita melahirkan anak?
0 komentar:
Posting Komentar
Jika ada yang kurang jelas atau terjadi kesalahan dalam artikel di atas, tolong beri tahu kami dengan berkomentar. Mohon berkomentar dengan santun dan mengedepankan akhlak mulia. Terima Kasih.