Diyah
berbeda dengan siswi lain pada umumnya, ia adalah seorang siswi polos tetapi
terkesan nakal. Dia siswi yang sudah terkenal dengan tingkah konyol, keramain,
dan keributannya saat jam pelajaran berlangsung, terutama saat jam pelajaran
fisika, pelajaran yang memang menurutnya sangat membosankan.
Suatu
hari, menjelang siang saat pelajaran fisika berlangsung. Seperti biasanya,
Diyah tidak memperhatikan Pak Fikri selaku guru fisika di kelasnya itu, kelas X
IPA 2. Ia juga merasa sangat bosan, karena materi fisika yang di bahas sangat
banyak dan memang cukup membingungkan bagi Diyah. Karena bingung dan bosan
tanpa sengaja Diyah tertidur pulas di bangkunya. Bela teman sebangkunya, yang
melihat hal tersebut berusaha untuk membangunkan Diyah. Tetapi Diyah tidak
menghiraukan suara Bela. Karena mulai sebal, Bela pun menepuk pundak Diyah
dengan cukup keras. Alhasil, Diyah pun terjatuh dari bangkunya. Disaat itu
juga, Pak Fikri pun menghampiri Diyah.
Diyah : “ Ini pelajaran gak bermutu banget, buang-
buang waktu, kecepatan ini di hitung, kecepatan itu di hitung, buah kelapa
jatuh saja di hitung, astaghfirullahhaladzim” ( dengan nada yang kesal, sambil
bergumam )
Bela
: ( hanya terdiam sambil memandang
Diyah sekilas )
Diyah : “ Mending juga pelajaran Bahasa Indonesia yakan!
Buat puisi, pantun, cerpen, ga buat ngantuk, yang ada malah seru, ketagihan
pula ! “ ( dengan nada semangat dan antusias )
Bela : “Udahlah
Diyah, gak usah kebanyakan ngomel ikuti saja pelajaran ini. Itung-itung ngehargai
Pak Fikri kan.
Diyah : (Diyah hanya terdiam kesal sambil menata
posisi untuk menundukkan kepalanya)
Selang
beberapa waktu, tiba- tiba Pak Fikri memanggil Diyah.
Pak
fikri : “ Diyah, apa kamu sudah faham dengan materi yang saya jelaskan ? “ (
dengan nada yang cukup tegas )
Diyah : ( hanya terdiam sambil menundukkan
kepalanya )
Bela : “Heh
diyah! Bangun cepet , nanti pak Fikri marah. “ ( dengan nada berbisik sambil
terus menepuk pundak diyah )
Diyah : ( tetap saja terdiam, dengan kepalanya yang
tertunduk sambil sesekali menoleh )
Karena
Diyah tetap saja tidak menjawab, dan terlihat menyembunyikan kepalanya, Pak
Fikri pun segera menghampirinya
Pak
Fikri : ( segera menuju bangku Diyah dengan langkah yang santai tetapi cepat )
Bela : “ heh Diyah cepet bangun ( sambil
mencubit lengan dan menepuk pundak Diyah dengan cukup keras )
*
BRUKKKKKK !!!!!!!!!!!!! *
Diyah : “ Awww (dengan nada kesakitan ). Ampun pak,
tolong jangan keluarkan saya dari sekolah ini pak, sungguh bukan saya yang
kentut di kelas ini .“ ( dengan nada
memohon dan wajah yang melas )
Suasana
kelas yang semula hening,menjadi pecah oleh tawa, karena ulah Diyah yang konyol
tersebut. Pak Fikri hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam
menatap Diyah.
Pak
Fikri : “ Kamu itu perempuan tapi kelakuannya seperti ini, ga ada sopan dan
anggun nya sama sekali. Ayo sana cepat cuci muka !” ( dengan nada sedikit
membentak )
Diyah : “ Hidup itu harus apa adanya Pak, kata
Mario Tegar sih gitu . “ (sambil meninggalkan bangkunya untuk ke kamar mandi )
Pak
Fikri : “ Mana ada Mario Tegar nak yang ada Mario Teguh . “
Seisi
kelas hanya bisa tertawa menyaksikan kejadian singkat tersebut. Selang beberapa
waktu, pelajaran pun kembali normal seperti semula.
Pak
Fikri : “Baiklah anak-anak kita lanjutkan pelajaran ini. Daripada waktu kurang
10 menit kita sia-sia kan begitu saja.”
Anak-anak
: “Baik, Pak.”
Beberapa
menit kemudian Diyah pun kembali ke kelas dengan wajah sedikit basah, Dia pun
langsung duduk di bangkunya dan terpaksa megikuti pelajaran Pak Fikri. Hingga
bel tanda pulang pun berbunyi, Pak Fikri segera meninggalkan kelas diikuti
Diyah dan teman-temannya.
Diyah
: “Assalamualaikum”
Pak
Fikri : “Waalaikumsalam. Sudah segar diyah ? ya sudah kembali ke bangku kamu. Segera
siap-siap habis ini bel akan berbunyi”
Diyah
: “Baik Pak” (Sambil berjalan menuju
bangkunya dan membereskan buku-bukunya dengan gembira)
SCENE 2 : RUMAH DIYAH-SIANG HARI
Dengan
wajah yang kesal dan lesu karena kejadian di sekolah tadi, Diyah pun langsung
masuk ke kamar dan melempar tubuhnya ke kasur.
Diyah : “Hari ini sangat melelahkan sekali.
Ingin rasanya aku tidur panjang.”
Tiba-tiba,
di sela-sela gumaman Diyah terdengar suara rintihan dan Ia pun langsung membuka
pintu kamarnya. Diyah pun segera menuju ruang keluarga yang menjadi sumber
suara tersebut. Dilihatnya sang Ayah sedang membantu Ibunya yang sedang
merintih kesakitan.
Diyah : “Ada apa Yah? Ibu kenapa?”
Ayah
: “Ibu tiba-tiba sakit, Nak. Ayo
langsung kita bawa ke puskesmas sekarang. Kasihan Ibu “(sambil menuntun ibu)
Diyah
: “Loh? Tapi kan aku baru pulang
sekolah, Yah. Aku juga belum ganti baju. Capek tau, Yah”
Ayah
: “Sudah Nak, kalau kamu tidak mau
ikut di rumah saja ya, kasian ini Ibu sudah kesakitan”
Diyah : “Nggak mau Yah, daripada di rumah
sendirian mendingan Diyah ikut aja Yah. Tapi Diyah ganti baju dulu.”
Ibu
: “Ayo, Yah lebih cepat
sedikit. Kepala Ibu sakit sekali ini.”
Ayah : “Baiklah ayo kita berangkat.”
Tak
banyak bicara, Ayah langsung dengan cepat menuju ke rumah sakit. Diyah
mengikuti mereka dengan muka cemberut karena permintaannya tak dihiraukan oleh
Ayah. Akhirnya, mereka bertiga menuju ke puskesmas dengan pakaian seadanya.
SCENE 3
: PUSKESMAS
Sesampai
di rumah sakit mereka sedikit bingung karena tidak ada satupun perawat yang
menawarkan bantuan kepada mereka. Padahal sang Ibu sudah sangat kesakitan.
Ayah
: “Nak, temani ibu sebentar di sini
ya. Ayah mau kesana sebentar”
(menunjuk seorang perawat)
Diyah
: (menganggukkan kepalanya)
Ayah
: “Permisi mbak, istri saya sakit.
Sekarang ada disana. Tolong diperiksa ya mbak.”(ayah menjelaskan dengan
tergesa-gesa)
Perawat
1 : “Iya Pak. Mohon tunggu sebentar” (sambil berjalan
menuju ke suatu ruangan)
Ayah : “Mohon lebih cepat sedikit ya
Mbak, istri saya sudah kesakitan.”
Perawat
1 : “Sebentar Pak, sabar sedikit ya.
Saya masih harus menangani pasien yang lain dulu. Tunggu dulu nanti akan tiba
gilirannya.”
Ayah
: “Apa tidak ada perawat yang lain
Mbak yang bisa membantu ?”
Perawat : “Semuanya
sedang sibuk dengan tugas dan bagian masing-masing Pak. Mohon tunggu.”
Padahal
keadaan puskesmas siang itu cukup sepi pasien. Terdapat beberapa perawat yang
tidak melakukan pekerjaanya.”
Ayah
: “Baiklah Mbak, mohon segera
ditangani ya.”
(memasang muka kecewa)
Di
saat yang sama, terlihat mobil mewah yang datang ke Puskesmas tersebut. Keluarlah
seseorang dengan pakaian rapi
dan bersih mengantarkan Ayahnya yang sedang sakit ke Puskesmas tersebut. Dengan
sigap, kedua perawat pun membantunya.
Bu
Bela : “Mbak mas tolong cepat bantu
ayah saya.”
Perawat
2 : “Baik Bu, sebentar saya ambilkan
kursi roda.” (Dengan sigap mengambil kursi roda)
Perawat
2 : “Mari, Bu saya bantu Bapak keluar
dari mobil”
Bu
Bela : “Iya Mas pelan-pelan ya
jangan kasar-kasar”
Perawat
2 : “Mari Pak duduk sini supaya lebih
cepat ditangani.”
Mereka
ber 4 berjalan menuju ke suatu ruangan untuk menangani pasien tersebut.
Melihat
situasi tersebut, Diyah merasa kebingungan. Dia tidak mengerti maksud
orang-orang yang ada di depannya tadi
Diyah : “Ayah, kok mereka masih duluan?
Padahal kita sudah dari tadi kan disini?”
(sambil mengerutkan wajahnya)
Ayah
: (tersenyum)
Diyah
: “Yaudah. Ayo ..” (sambil menuju pintu
keluar Puskesmas)
Ibu
: “Loh kamu mau kemana
Nak? Kita tunggu sebentar ya disini”
Ayah : “Iya, Nak. Ibu kan belum diperiksa”
Diyah
tidak menghiraukan Ayah dan Ibunya. Ia menarik tangan ibu dan ayahnya untuk
menuju ke luar puskesmas. Mereka bertiga berjalan menuju ke arah rumah. Tetapi,
Diyah menghentikan langkahnya di depan sebuah angkot.
Diyah
: “Ayo Yah, Bu kita naik angkot
saja.”
Ayah : “Loh Nak, untuk apa kita naik angkot
? Jalan kaki saja dan langsung pulang saja ya.
Kalau mau jalan-jalan nanti saja.”
Ibu
: “Iya Nak. Sudah, kita
pulang saja. Rasa sakit Ibu sudah lumayan hilang kok, Nak.”
Diyah
: “Bukan begitu Bu. Tadi aku melihat
ada pasien yang naik mobil langsung dilayani oleh pihak puskesmas. Siapa tau
setelah kita naik angkot ini kita bisa dilayani dengan cepat. Kan kita naik
mobil juga Yah, Bu.”
Ayah
dan Ibu : (memandang anaknya dengan tersenyum)
PEMERAN TOKOH :
1.
Diyah
Fatmawati : Diyah
2.
Dwi
Intan Sari : Perawat
3.
Fikri
Azizi D A : Pak Fikri dan
Pasien
4.
Jawara
Satria V : Ayah dan Siswa 1
5.
Malka
Adilla Nagib : Ibu
6.
Salsabila
Ikmas Y P : Bela dan Orang Kaya
7.
Yutho
Fatwa Dz : Siswa 2
0 komentar:
Posting Komentar
Jika ada yang kurang jelas atau terjadi kesalahan dalam artikel di atas, tolong beri tahu kami dengan berkomentar. Mohon berkomentar dengan santun dan mengedepankan akhlak mulia. Terima Kasih.