Tampilkan postingan dengan label Drama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Drama. Tampilkan semua postingan

Naskah Film Pendek Anekdot Pelayanan Publik



SCENE 1 : KELAS-MENJELANG SIANG
Diyah berbeda dengan siswi lain pada umumnya, ia adalah seorang siswi polos tetapi terkesan nakal. Dia siswi yang sudah terkenal dengan tingkah konyol, keramain, dan keributannya saat jam pelajaran berlangsung, terutama saat jam pelajaran fisika, pelajaran yang memang menurutnya sangat membosankan.
Suatu hari, menjelang siang saat pelajaran fisika berlangsung. Seperti biasanya, Diyah tidak memperhatikan Pak Fikri selaku guru fisika di kelasnya itu, kelas X IPA 2. Ia juga merasa sangat bosan, karena materi fisika yang di bahas sangat banyak dan memang cukup membingungkan bagi Diyah. Karena bingung dan bosan tanpa sengaja Diyah tertidur pulas di bangkunya. Bela teman sebangkunya, yang melihat hal tersebut berusaha untuk membangunkan Diyah. Tetapi Diyah tidak menghiraukan suara Bela. Karena mulai sebal, Bela pun menepuk pundak Diyah dengan cukup keras. Alhasil, Diyah pun terjatuh dari bangkunya. Disaat itu juga, Pak Fikri pun menghampiri Diyah.
Diyah   : “ Ini pelajaran gak bermutu banget, buang- buang waktu, kecepatan ini di hitung, kecepatan itu di hitung, buah kelapa jatuh saja di hitung, astaghfirullahhaladzim” ( dengan nada yang kesal, sambil bergumam )
Bela     : ( hanya terdiam sambil memandang Diyah sekilas )
Diyah   : “ Mending juga pelajaran Bahasa Indonesia yakan! Buat puisi, pantun, cerpen, ga buat ngantuk, yang ada malah seru, ketagihan pula ! “ ( dengan nada semangat dan antusias )
Bela     : “Udahlah Diyah, gak usah kebanyakan ngomel ikuti saja pelajaran ini. Itung-itung ngehargai Pak Fikri kan.
Diyah   : (Diyah hanya terdiam kesal sambil menata posisi untuk menundukkan kepalanya)
Selang beberapa waktu, tiba- tiba Pak Fikri memanggil Diyah.
Pak fikri : “ Diyah, apa kamu sudah faham dengan materi yang saya jelaskan ? “ ( dengan nada yang cukup tegas )
Diyah   : ( hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya )
Bela     : “Heh diyah! Bangun cepet , nanti pak Fikri marah. “ ( dengan nada berbisik sambil terus menepuk pundak diyah )
Diyah   : ( tetap saja terdiam, dengan kepalanya yang tertunduk sambil sesekali menoleh )
Karena Diyah tetap saja tidak menjawab, dan terlihat menyembunyikan kepalanya, Pak Fikri pun segera menghampirinya
Pak Fikri : ( segera menuju bangku Diyah dengan langkah yang santai tetapi cepat )
Bela     : “ heh Diyah cepet bangun ( sambil mencubit lengan dan menepuk pundak Diyah dengan cukup keras )
* BRUKKKKKK !!!!!!!!!!!!! *
Diyah   : “ Awww (dengan nada kesakitan ). Ampun pak, tolong jangan keluarkan saya dari sekolah ini pak, sungguh bukan saya yang kentut di kelas ini .“  ( dengan nada memohon dan wajah yang melas )
Suasana kelas yang semula hening,menjadi pecah oleh tawa, karena ulah Diyah yang konyol tersebut. Pak Fikri hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam menatap Diyah.
Pak Fikri : “ Kamu itu perempuan tapi kelakuannya seperti ini, ga ada sopan dan anggun nya sama sekali. Ayo sana cepat cuci muka ! ( dengan nada sedikit membentak )
Diyah   : “ Hidup itu harus apa adanya Pak, kata Mario Tegar sih gitu . “ (sambil meninggalkan bangkunya untuk ke kamar mandi )
Pak Fikri : “ Mana ada Mario Tegar nak yang ada Mario Teguh . “
Seisi kelas hanya bisa tertawa menyaksikan kejadian singkat tersebut. Selang beberapa waktu, pelajaran pun kembali normal seperti semula.
Pak Fikri : “Baiklah anak-anak kita lanjutkan pelajaran ini. Daripada waktu kurang 10 menit kita sia-sia kan begitu saja.”
Anak-anak : “Baik, Pak.”
Beberapa menit kemudian Diyah pun kembali ke kelas dengan wajah sedikit basah, Dia pun langsung duduk di bangkunya dan terpaksa megikuti pelajaran Pak Fikri. Hingga bel tanda pulang pun berbunyi, Pak Fikri segera meninggalkan kelas diikuti Diyah dan teman-temannya.
Diyah   : “Assalamualaikum”
Pak Fikri : “Waalaikumsalam. Sudah segar diyah ? ya sudah kembali ke bangku kamu. Segera siap-siap habis ini bel akan berbunyi”
Diyah   : “Baik Pak” (Sambil berjalan menuju bangkunya dan membereskan buku-bukunya dengan gembira)

 SCENE 2 : RUMAH DIYAH-SIANG HARI
Dengan wajah yang kesal dan lesu karena kejadian di sekolah tadi, Diyah pun langsung masuk ke kamar dan melempar tubuhnya ke kasur.
Diyah          : “Hari ini sangat melelahkan sekali. Ingin rasanya aku tidur panjang.”
Tiba-tiba, di sela-sela gumaman Diyah terdengar suara rintihan dan Ia pun langsung membuka pintu kamarnya. Diyah pun segera menuju ruang keluarga yang menjadi sumber suara tersebut. Dilihatnya sang Ayah sedang membantu Ibunya yang sedang merintih kesakitan.
Diyah          : Ada apa Yah? Ibu kenapa?
Ayah           : Ibu tiba-tiba sakit, Nak. Ayo langsung kita bawa ke puskesmas sekarang. Kasihan Ibu (sambil menuntun ibu)
Diyah          : Loh? Tapi kan aku baru pulang sekolah, Yah. Aku juga belum ganti baju. Capek tau, Yah
Ayah           : Sudah Nak, kalau kamu tidak mau ikut di rumah saja ya, kasian ini Ibu sudah kesakitan
Diyah          : Nggak mau Yah, daripada di rumah sendirian mendingan Diyah ikut aja Yah. Tapi Diyah ganti baju dulu.
Ibu              : Ayo, Yah lebih cepat sedikit. Kepala Ibu sakit sekali ini.
Ayah           : Baiklah ayo kita berangkat.
Tak banyak bicara, Ayah langsung dengan cepat menuju ke rumah sakit. Diyah mengikuti mereka dengan muka cemberut karena permintaannya tak dihiraukan oleh Ayah. Akhirnya, mereka bertiga menuju ke puskesmas dengan pakaian seadanya.

SCENE 3 : PUSKESMAS
Sesampai di rumah sakit mereka sedikit bingung karena tidak ada satupun perawat yang menawarkan bantuan kepada mereka. Padahal sang Ibu sudah sangat kesakitan.
Ayah           : Nak, temani ibu sebentar di sini ya. Ayah mau kesana sebentar (menunjuk seorang perawat)
Diyah          : (menganggukkan kepalanya)
Ayah           : Permisi mbak, istri saya sakit. Sekarang ada disana. Tolong diperiksa ya mbak.”(ayah menjelaskan dengan tergesa-gesa)
Perawat 1    : Iya Pak. Mohon tunggu sebentar (sambil berjalan menuju ke suatu ruangan)
Ayah           : Mohon lebih cepat sedikit ya Mbak, istri saya sudah kesakitan.
Perawat 1    : Sebentar Pak, sabar sedikit ya. Saya masih harus menangani pasien yang lain dulu. Tunggu dulu nanti akan tiba gilirannya.
Ayah           : Apa tidak ada perawat yang lain Mbak yang bisa membantu ?
Perawat       : Semuanya sedang sibuk dengan tugas dan bagian masing-masing Pak. Mohon tunggu.
Padahal keadaan puskesmas siang itu cukup sepi pasien. Terdapat beberapa perawat yang tidak melakukan pekerjaanya.”
Ayah           : Baiklah Mbak, mohon segera ditangani ya. (memasang muka kecewa)
Di saat yang sama, terlihat mobil mewah yang datang ke Puskesmas tersebut. Keluarlah seseorang dengan pakaian rapi dan bersih mengantarkan Ayahnya yang sedang sakit ke Puskesmas tersebut. Dengan sigap, kedua perawat pun membantunya.
Bu Bela       : “Mbak mas tolong cepat bantu ayah saya.”
Perawat 2    : “Baik Bu, sebentar saya ambilkan kursi roda.” (Dengan sigap mengambil kursi roda)
Perawat 2    : “Mari, Bu saya bantu Bapak keluar dari mobil”
Bu Bela       : “Iya Mas pelan-pelan ya jangan kasar-kasar”
Perawat 2    : “Mari Pak duduk sini supaya lebih cepat ditangani.”
Mereka ber 4 berjalan menuju ke suatu ruangan untuk menangani pasien tersebut.
Melihat situasi tersebut, Diyah merasa kebingungan. Dia tidak mengerti maksud orang-orang yang ada di depannya tadi
Diyah          : Ayah, kok mereka masih duluan? Padahal kita sudah dari tadi kan disini? (sambil mengerutkan wajahnya)
Ayah           : (tersenyum)
Diyah          : Yaudah. Ayo .. (sambil menuju pintu keluar Puskesmas)
Ibu              : Loh kamu mau kemana Nak? Kita tunggu sebentar ya disini
Ayah           : Iya, Nak. Ibu kan belum diperiksa
Diyah tidak menghiraukan Ayah dan Ibunya. Ia menarik tangan ibu dan ayahnya untuk menuju ke luar puskesmas. Mereka bertiga berjalan menuju ke arah rumah. Tetapi, Diyah menghentikan langkahnya di depan sebuah angkot.
Diyah          : Ayo Yah, Bu kita naik angkot saja.
Ayah           : Loh Nak, untuk apa kita naik angkot ? Jalan kaki saja dan langsung pulang saja ya.  Kalau mau jalan-jalan nanti saja.”
Ibu              : Iya Nak. Sudah, kita pulang saja. Rasa sakit Ibu sudah lumayan hilang kok, Nak.
Diyah          : Bukan begitu Bu. Tadi aku melihat ada pasien yang naik mobil langsung dilayani oleh pihak puskesmas. Siapa tau setelah kita naik angkot ini kita bisa dilayani dengan cepat. Kan kita naik mobil juga Yah, Bu.”
Ayah dan Ibu : (memandang anaknya dengan tersenyum)

PEMERAN TOKOH :
1.      Diyah Fatmawati          : Diyah
2.      Dwi Intan Sari              : Perawat
3.      Fikri Azizi D A            : Pak Fikri dan Pasien
4.      Jawara Satria V            : Ayah dan Siswa 1
5.      Malka Adilla Nagib      : Ibu
6.      Salsabila Ikmas Y P     : Bela dan Orang Kaya

7.      Yutho Fatwa Dz           : Siswa 2

Skenario Film Pendek Anekdot

SKENARIO FILM PENDEK
PINJAM WAJAH YA!


PEMAIN
Bona                           : Rendi Pratama
Beni                           : Salman Alfirisi
Voni                           : Marita Mutiara
Vina                           : Desy Prastitianti
Guru                          : Risa Nurwahyuni
Siswa-siswa             : Siswa kelas X IA 2

KRU    
Sutradara                 : Martining Shoffa
Asist sutradara       : Risa Nurwahyuni & Riyan Aldafa
Kameramen            : Martining Shoffa & Riyan Aldafa
Makeup artist         : Risa Nurwahyuni


SCENE 1 : TAMAN - PAGI

             Kebiasaan remaja akhir-akhir ini tak lain adalah bergadget ria. Tidak kalah dengan seorang remaja bernama Bona yang sedang memamerkan handphone barunya kepada teman akrabnya, Beni disaat mereka sedang jalan-jalan di sebuah taman kota pada Minggu pagi. Pagi itu Bona dan Beni berlari-lari kecil mengelilingi taman kota dengan mengenakan pakaian kaos dan celana training.

SCENE 2  : BANGKU TAMAN - PAGI

Beni                  : “He, Bro! Istirahat dulu yuk!”
Bona                 : “Eh iya! Bro, coba lihat! Hpku ini masih baru dari *sawerigading*. Coba Lihat!! Bagus ya? Bisa dibuat BBM, bensin, solar, minyak tanah lo, Bro!”
Beni                  : “widih!!! Sip bro! Begitu itu dimanfaatkan buat nyari perempuan, Bro!”
Bona                 : “Sip!!! Coba lihat kontak BBMku!”

            Sepasang teman itu melihati handphone yang dimiliki Terong sambil sesekali menyentuh layarnya.

Beni               : “Lihat anak ini!!!! Bwaduuhh!! Cantik, Le!!”
Bona              : “Widih!!! Iya, Le!!!! Coba ya aku ajak kenalan.”
Beni               : “Iya!”
           
            Mereka menatapi handphone Bona sambil sesekali meneguk air mineral dalam botol.

SCENE 3 : KAMAR - PAGI

            Di tempat lain, namun teteap di kota yang sama. Sepasang sahabat perempuan sedang asik bercerita di kamar pribadi salah satu diantaranya. Mereka bernama Voni dan Vina. Nampaknya semalam Vina menginap di rumah Voni, karena mereka masih memakai baju piyama. Mereka mengobrol dan bercanda sambil sesekali mengudapi camilan yang ada.

SCENE 4 : KAMAR - PAGI

            Suara hp Voni berdering. Tampaknya ada BBM yang masuk di hp-nya. Voni segera membuka pesan tersebut dan menghentikan pembicaraannya sejenak dengan Vina. Tapi Voni seperti tidak mengenali siapa orang yang mengiriminya pesan itu. Voni mencoba menanyakan pada Vina yang sedang asik juga memainkan handphonenya.

Voni               : “Vin, kamu kenal nggak siapa orang ini?”
Vina               : “Coba sini! Aku lihat fotonya”
           
            Vina membuka foto di profil orang yang mengirimkan pesan pada Voni.

Vina               : “eeemmm.... kayanya enggak kenal deh, Von!”
Voni             :“tapi fotonya ganteng loooo! Wah.... gantengnya...! coba aku balas pesannya tadi.”
Vina               : “iya, Von.”

            Mereka semakin asik dengan pembiacaraan maya lewat media sosial tersebut. Nama tampilan profil orang misterius itu adalah Bonamana. Sementara nama tampilan Voni sendiri adalah Vonayla.
           
SCENE 5 : KAMAR – MALAM

            Vina sudah tidak lagi ada di rumah Voni. Namun Voni masih saja asik dengan handphonenya. Sampai lupa belajar, dan makan. Mamanya mengingatkannya untuk makan malam, namun Voni mengabaikan.
Mama                        : “Voooonn…!! Makan malamnya sudah siap!”
Voni               : “Iya, Ma!”

            Namun, ia tetap asik dengan gadgetnya tersebut, tak sedikitpun berkutik dari tempatnya.

SCENE 6 : KELAS – PAGI

            Suatu pagi di sebuah sekolah tempat Voni dan Vina. Bersekolah tampak ramai dengan teman-teman sekelasnya yang mulai berdatangan. Vonibercerita pada teman dekatnya, Vina. Dan Vina pun menanggapi cerita yang disampaikan oleh Voni. Vina membawa handphone ke sekolah karena sekolah tersebut tidak melarang siswanya untuk membawa handphone, sekalipun saat jam pelajaran.
Voni               : “Vin, lihat nih, orang misterius yang BBM aku kemarin. Sepertinya dia baik deh orangnya
Vina               : “Coba aku lihat!”

            Vina melihat percakapan BBM Voni dengan orang dengan namana Bonamana itu. Vina melihatnya dengan waktu tak sebentar. Tak lama setelah itu bel masuk berbunyi, semua siswa bersiap-siap di tempat duduk-nya masing-masing. Tak terkecuali Voni dan Vina. Namun Voni tak mau ketinggalan pembicaraan dengan teman barunya itu, jadi ia menaruh handphonenya di dalam loker mejanya. Seorang guru masuk ke kelas dengan memakai kemeja, rok, dan jilbab, dengan membawa tas dan beberapa buku di tangannya.
Guru              : “Selamat pagi anak-anak!”
Siswa             : “Pagi, Bu!”
Guru               : “Baiklah, seperti yang Ibu janjikan bahwa hari ini diadakan ulangan. Waktunya 30 menit ya, anak-anak!”

            Semua siswa menyiapkan kertas dan bolpoin. Namun Voni terlihat kebingungan karena dirinya lupa bahwa hari ini akan ulangan. Ia ikut mengeluarkan selembar kertas dan bolpoin.

SCENE 7 : KELAS – PAGI

            Ulangan dimulai. Namun Voni tidak fokus dengan ulangannya, dia lebih fokus ke gadgetnya, untuk melanjutkan percakapannya dengan teman barunya, Sang Guru mengetahui perbuatannya, namun beliau membiarkan Voni. Selama 20 menit Voni sama sekali tidak menyentuh kertas ulangannya. Dan ia merasa kebelet, jadi ia memutuskan untuk ke kamar mandi.
Voni               : “Bu, saya ijin ke toilet dulu.”
           
            Bu Guru hanya mengangguk.
            6 menit kemudian, Voni kembali ke kelas. Setelah ia kembali dari toilet itu, Voni memutuskan untuk mulai mengerjakan soal ulangannya. Voni memulai untuk berdoa. Lalu ia menulis namanya di kertas ulangannya dengan perlahan. Tak lama setelah itu Bu Guru berdiri,
Guru              : “Baik anak-anak. Waktu kalian untuk mengerjakan sudah selesai. Silahkan kumpulkan di atas meja, Ibu. Dan ibu minta dalam hitungan 10 sudah terkumpul semua di atas meja, tanpa terkecuali”
           
            Voni menjadi tercengang. Semua teman-temannya segera mengumpulkan pekerjaan mereka.
Guru              : “sepuluh… Sembilan… delapan… tujuh… enam… lima… empat… tiga…”
                       
            Voni bergegas mengumpulkan pekerjaannya, walaupun hanya tertulis nama dalam kertas tersebut tanpa ada jawaban dari satupun soal.
Guru              : “dua… satu…! Baiklah. Terimakasih anak-anak. Selamat pagi!”
Siswa                         : “Pagi, Bu!!!”

            Bu Guru segera meninggalkan kelas. Voni tampak tidak bersemangat setelah itu

SCENE 8 : SEKOLAH – SIANG

            Di lain sekolah, Bona sedang menceritakan seseorang pada Beni. Bona tampak bahagia siang itu.
Bona              : “Ben, masaalah lare ayu iku mbalesi BBM nisun terus.”
Beni               : “Weleh. Yowes, Bro. Ajakono Ketemu ning taman, Bro.”
Bona              : “Wah tepak wis!! Sek tak coba”

            Bona dan Beni menatapi layar handphone Bona, dan sesekali bona menyentuh layar handphonenya itu.
Bona              : “Wah, Ben. Larene gelem diajak ketemu. Jarene dewek’e iso ketemu sesuk balike sekolah kira-kira jam 3 sore. Piye, Ben?”
Beni               : “Loh, kok rika takon isun? Sing ketemu rika, Bon! Karepe rika.”
Bona              : “Yo nek isun iki gelem lah, Bro!”

SCENE 9 : SEKOLAH – SIANG

            Voni dan Vina tak pernah lepas dari gadget kesayangannya itu. Setiap detik selalu menatap layar handphonenya kecuali saat tidur.
Voni               : “Vin, Bonamana mengajakku untuk bertemu besok di taman, gimana?”
Vina               : “Ya, tersehar kamu dong! Kan kamu yang ketemu. Ya nggak apa-apa sih kapan lagi bisa ketemua cogan seperti bonamana gitu.”
Voni               : “hhmmmm… yaudah deh! Aku iyain aja”

            Voni kembali menatap layar handphonenya.

SCENE 10 : TAMAN – SORE

            Suatu sore sekitar pukul 3 sore, matahari yang masih tampak menyengat terasa membakar wajah dan punggung. Seorang gadis belia berumur 15 tahunan dan seorang anak laki-laki berumur yang sama duduk di bangku di bawah pohon yang melingkar. Saling menunggu seseorang. Keduanya saling menggunakan seragam sekolah yang berbeda. Keduanya tak saling kenal. Keduanya pula saling asik dengan handphone masing-masing.

Voni               : “Ini cowok siapa sih? Buluk banget tampangnya”
Bona              : “wedokan koyo gedigi nunggoni sopo se?”
Voni               : “Mana sih Bonamana?”
Bona              : “Vonayla ohh Vonayla dimana dirimu?”

            Voni mulai mulai bosan untuk menunggu hingga dia memutuskan untuk menelpon orang yang bernama Bonamana. Sebelumnya ia memang sudah bertukar nomor handphone. Dan tak lama setelah Voni menelpon Bonamana, handphone Bona bordering sangat keras dan mengagetkan Voni yang ada disebelahnya. Voni menatapnya agak sinis.

Voni               : “Kamu dimana?”
Bona              : “Di bangku melingkar di bawah pohon”
Voni               : “itu kamu?”

            Voni dan Bona saling mendekat, Voni mematikan sambungan teleponnya. Lalu mereka sama-sama berteriak.

Voni & Bona            : “aaaaaaaaaa…..!!!!!”