Antibakteri dan Efeknya



Antibiotika adalah bahan-bahan yang berasal dari agen sumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Schlegel dan Karin, 1994). Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikrobia penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksik untuk manusia (Anonim, 2006).

Salah satu yang termasuk dalam antibiotik adalah antibakteri. Zat antibakteri adalah suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Zat antibakteri meliputi antijamur dan antiparasit (Pelczar dan Chan, 1988).

Antibakteri adalah zat yang dapat membunuh atau menekan pertumbuhan atau reproduksi bakteri.
Menurut Madigan dkk. ( 2000 ), antibakteri mempunyai 3 macam pengaruh terhadap pertumbuhan mikrobia berdasarkan sifat toksisitas selektif, yaitu :

1. Bakteriostatik
Senyawa bakteriostatik adalah antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan mikrobia tetapi tidak membunuh mikrobia tersebut. Pemberian antibakteri pada fase logaritmik menyebabkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap. Gambar 2 menunjukkan antibakteri yang bersifat bakteriostatik berdasarkan jumlah sel total dan sel hidup. Setelah penambahan antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap. Salah satu contohnya adalah sifat penghambatan ekstrak etanol daun Sansevieria trifasciata Prain terhadap Pseudomonas aeruginosa IFO 12689 (Pradipta, 2011).





2. Bakteriosidal
Senyawa bakteriosidal adalah antibakteri yang dapat membunuh sel pada mikrobia tetapi tidak sampai terjadi lisis sel. Gambar 3 menunjukkan antibakteri yang bersifat bakteriosidal berdasarkan jumlah sel total dan sel hidup.

Setelah penambahan antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap, sedangkan jumlah sel hidup adalah menurun. Pemberian antibakteri pada fase logaritmik menyebabkan jumlah sel total tetap, sedangkan jumlah sel hidup berkurang. Salah satu contohnya adalah sifat penghambatan ekstrak etanol daun Sansevieria trifasciata Prain terhadap Staphylococcus aureus IFO 13276 (Pradipta, 2011).



3. Bakteriolitik

Senyawa bakteriolitik adalah antibakteri yang dapat menyebabkan sel mikrobia target menjadi lisis sehingga jumlah sel total mikrobia berkurang, yang ditandai terjadinya kekeruhan setelah penambahan agen. Pemberian antibakteri pada fase logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup berkurang. Gambar 5 menunjukkan antibakteri yang bersifat bakteriolitik berdasarkan jumlah sel total dan sel hidup. Setelah diinkubasi, garis tengah diameter hambatan jernih (zona jernih) yang mengelilingi kertas saring merupakan ukuran kekuatan hambatan agen terhadap bakteri yang diuji (Madigan dkk., 2000). Setelah penambahan antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah menurun. Salah satu contohnya adalah aktivitas antibakteri ampas teh hitam (Camellia sinensi L). terhadap pertumbuhan S. epidermidis (Widiati, 2011)


Pengujian daya antibakteri terhadap spesies bakteri dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu menggunakan metode dilusi dan metode difusi (Jutono dkk., 1980). Salah satu metode yaitu dilusi cair yang digunakan untuk mengukur Minimal Inhibitory Concentration (MIC) (Madigan dkk., 2000). Metode difusi agar (agar diffusion method) pada prinsipnya mikrobia uji diinokulasikan pada medium agar dalam cawan petri kemudian kertas saring yang mengandung zat antibakteri diletakkan di atas permukaan agar tersebut. Selama inkubasi, senyawa tertentu disebarkan dari kertas saring ke agar. Setelah diinkubasi, garis tengah diameter hambatan jernih (zona jernih) yang mengelilingi kertas saring merupakan ukuran kekuatan hambatan agen terhadap bakteri yang diuji (Madigan dkk., 2000).

Mekanisme penghambatan antibakteri dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu menghambat sintesis dinding sel mikrobia, merusak keutuhan dinding sel mikrobia, menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis asam nukleat dan merusak asam nukleat sel mikrobia tersebut (Sulistyom 1971).

0 komentar:

Posting Komentar

Jika ada yang kurang jelas atau terjadi kesalahan dalam artikel di atas, tolong beri tahu kami dengan berkomentar. Mohon berkomentar dengan santun dan mengedepankan akhlak mulia. Terima Kasih.